31 Oct 2010

CERPEN TANPA JUDUL

Pada suatu pagi yang agak mendung, di dalam sebuah ruangan berukuran 6x7 m, tampak sebuah laptop Compaq 510 ber jajar dengan sebuah monitor diatas meja computer, buku-buku berserakan diatas meja yang saling berhimpitan, tampak juga lembaran-lembaran kertas tertumpuk di sudut ruang itu, di sebelah ujung pojok kiri ruang terdapat sebuah Televisi Samsung lengkap dengan segala kelengkapannya, tiga lemaripun ikut menempati ruangan itu hingga ruangan itu tampak padat dan sesak, diatas salah satu lemari itu terpampang beberapa mesin ketik yang sudah berkarat mungkin usang termakan zaman. Ku buka pintu ruangan itu hingga terbuka lebar, sejenak aku berdiri mematung dimuka pintu itu, namun kemudian aku masuk lalu kuhampiri laptop Compaq 510 itu.

Ini adalah pagi kedua dibulan suci Ramadhan, dan pagi ini juga sekolah masih libur. Dan ruangan ini adalah tempat ku bekerja, ini adalah kantor guru atau biasa disebut dengan ruang guru. Aku masih bingung dengan apa yang harus aku lakukan, pagi ini aku terjadwal piket meski hari ini adalah libur ramadhan, sebenarnya aku tidak terjadwal sendirian aku bersama beberapa guru terjadwal piket pagi ini, tapi mungkin yang lain masih mengantuk, atau mungkin juga belum selesai membaca Al-Qur’an dari subuh tadi, atau mungkin juga belum selesai mengisi pengajian-pengajian yang memang biasa ada jika bulan Ramadhan tiba.

Sebenarnya bukan tanpa tujuan aku datang terlalu pagi ke kantor sekolah ini, aku mempunyai tujuan untuk mencari sebuah teks bacaan atau artikel-artikel untuk aku baca dan aku analisis, karena hari ini adalah hari kamis tanggal 12 Agustus 2010, di hari ini aku harus menyelesaikan tugas dari dosen tentang menganalisis sebuah teks. Tetapi sampai saat ini aku belum menemukan teks itu, hingga perlahan ku buka tas yang kubawa dari rumah, ku baca kembali soal yang diberikan oleh dosen ku, aku terkejut sekali bahwa ternyata selain menganalisis tek aku juga diperintahkan untuk membuat sebuah cerpen, cerpen yang dibuat berdasarkan hasil analisis dari teks yang di analisis tadi, aku tambah bingung apa yang pertama harus aku lakukan.

Ditengah kebingunganku itu, aku mencari sebuah teks seadaanya di ruangan itu, kesana kemari bolak-balik mataku tak lepas mengamati disetiap sudut ruang, mencari secara jeli kalau-kalau ada sebuah teks yang sakti yang akan membantuku menyelesaikan tugas-tugasku. Setelah beberapa waktu aku mondar-mandir aku melihat sebuah buku berwarna kuning, ku ambil dan ku buka lalu ku baca secara acak buku itu, dengan maksud mencari apa sebenarnya yang terbahas dalam buku itu. Lalu beberapa saat kemudian sedikit ketemukan tentang apa yang dimuat buku itu, ku teruskan membaca buku itu dengan agak serius, dengan maksud agar aku bener-benar paham dengan isi yang terkandung didalamnya, namun sayang sudah sekian waktu aku membacanya masih saja aku tak mengerti banyak tentang isi buku itu, tetapi secara garis besar aku menyimpulkan bahwa buku itu membahas tentang sejarah film, yah.. sejarah asalmula film di dunia.
Lalu aku pilih salah satu judul dalam buku itu “FILM PERTAMA” kubaca dan sedikit membuat aku tertawa, buku itu menceritakan tentang dua orang bersahabat di Amerika yang menemukan asal mula adanya film, juga tentang film pertama yang diputar di sebuah bioskop pertama didunia yang membuat para penonton lari dan berteriak ketakutan karena takut tertabrak kereta api yang ada dalam film tersebut.
Aku mulai mencoba untuk menganalisis teks tersebut, dengan bergaya bak seorang kutu buku aku serius membaca teks itu hingga guru-guru lain datangpun aku tak menyadarinya. Beberapa sapaan yang mereka arahkan padaku kujawab dengan kata “ya” atau sekedar anggukan kepala saja. Hanya sesekali aku menerima jabatan tangan yang diulurkan padaku. Mereka mungkin bingung dengan apa yang terjadi padaku, mereka tidak tahu bahwa sesungguhnya hari ini aku sedang dilanda bingung, bingung yang aku sendiri takmengerti mengapa harus bingung.

“Buku apa pak, kok serius banget?”.. (Tanya salah satu guru padaku)
“Buku biasa kok…” (jawabku dengan tanpa menoleh)
“Tumben mau baca buku,” (sahutnya lagi)
“Biasa kok,” (jawabku masih dengan tanpa menoleh)

Kuteruskan membaca teks itu hingga akhirnya aku bosan dan jenuh karena diajak ngobrol terus, itu mengganggu konsentrasiku.
Ku putuskan utuk langsung mengitik kata-demi kata dengan maksud membuat sebuah cerpen, namun masih saja aku tak tahu kata apa yang harus pertama aku ketik. Kulanjutkan dengan mengetik kata – kata yang ada dalam pikiranku, entah kata – kata itu pantas atau tidak untuk sebuah cerpen, karena selama ini aku belum pernah membuat cerpen, karena terburu-buru aku tak perduli tentang cerita yang aku tulis itu. Ku coba konsentrasi dan konsentrasi tetapi aku tak terbiasa jadi aku hanya bisa menuliskan tentang apa yang terpikirkan saat itu saja.

“dah siang,… waktu nya pulang…” (salah satu guru diantara kami bersuara)
“Pulang yok pak!”…. Sholat dhuhur terus memancing sambil nunggu magrib tiba”.. (suara guru yang lain)
“ Tidur si lumayan”… (mereka saling beradu pendapat)

Tetapi aku masih saja diam hingga mereka benar-benar telah pulang dan hanya aku sendiri di ruang itu, buku kuning yang tergeletak tampak menyesal karena tak dapat membantuku menyelesaikan tugas, hanya saja aku berfikir untuk mengakhiri kebingunganku itu dengan menghentikan segala aktifitasku di ruangan ini. Maka kuputuskan untuk mematikan laptop Compaq 510 dan menutupnya dengan menyimpan file yang telah aku ketik tadi.

Kemudian aku bermaksud untuk memberi judul File yang berisi kata-kata yang mungkin saja tanpa makna itu kemudian akan aku anggap sebagai sebuah cerpen, tetapi lagi-lagi aku bingung apa judul dari tulisan ku itu. Setelah lama berpikir aku tak menemukan judul itu, yang aku temukan hanyalah tanpa judul yang akhirnya tulisan ini adalah sebuah “CERPEN TANPA JUDUL”

No comments:

Post a Comment

Jika postingan ini membantu ANDA, maka
TINGGALKAN KOMENTAR DI KOTAK YANG TELLAH DISEDIAKAN