
Sebenarnya Aku tidak berniat untuk membagikan uangku
kepada Pria pengamen itu. Tetapi entah mengapa tiba-tiba saja naluriku
menggerakkan tanganku untuk berbuat seperti itu. Setelah sedikit mengumpat kepada
para remaja putri di depannya, pengamen Pria itu mengucapkan terimakasih kepadaku
kemudian ia pergi. Selang beberapa detik kemudian, selepas pria itu pergi
datang seorang nenek itu. Ia meminta uang kepada siapa saja yang mau
memberikannya. Saat itulah Aku baru menyadari bahwa Aku sudah tidak ada uang
receh lagi di saku maupun kantung tasku.
Hanya ada selembar lima ribuan dan satu lembar sepuluh ribuan serta satu lembar
yang terakhir lima puluh ribu rupiah. Jika saja nenek itu datang bersamaan
dengan pengamen tadi maka Aku lebih memilih memberikan uang dua ribu rupiah itu
kepada nenek itu, tetapi yang terjadi lain dengan apa yang Aku pikirkan. Nenek
itu datang setelah Pria pengamen itu pergi hanya selang beberapa detik saja.
Lagi–lagi Aku tidak berniat memberikan nenek itu uang, tetapi entah mengapa
seperti saat Pria tadi mengamen di hadapanku, tanganku tiba-tiba mengambil satu
lembar uang lima ribuan dari dalam saku ku untuk nenek itu. Setelah itu nenek
tadi pergi dengan ucapan terakhir yang Aku dengar. “maturnuwun mas, mugo-mugo tambah rizqi, selamet dunyo lan akhirat”.
Setelah peristiwa di WARTEG itu, kini Aku beranjak dengan sepeda motorku menuju
kos-kosan yang berjarak sekitar 700 kilo meter.
Di jalanan menuju kos, Aku memacu motorku dengan kecepatan sedang, entah
mengapa hari ini Aku merasa tidak seperti biasanya, terasa hari
begitu berat untuk apapun yang Aku lakukan. Tetapi setelah Aku rasa-rasa perasaan penat ini tidak berlangsung
sejak pagi tadi, ini baru terasa setelah kejadian di warteg tadi. Entahlah Aku jadi hanyut dalam angan yang selelu menuntunku
kepada sosok nenek atau pengamen yang kerjaan sehari-harinya keliling jalanan
dan singgah di setiap bangunan yang mereka anggap dapat memberinya receh untuk
makan dan segala keperluan hidupnya sehari-hari, atau bahkan keluarganya
sekalipun.
Sesampainya di kos, Aku langsung masuk ke kamar, kurebahkan tubuhku
diatas tempat tidur dengan kaos kaki masih membalut kedua kakiku. Ku pejamkan
mata berniat untuk sekedar melepas segala penat yang tiba-tiba saja melekat
erat dalam diri ini. tetapi belum ada dua puluh menit Aku berada di dalam kamar tiga anak muda dengan
masing-masing memegang alat musik kudengar di depan pintu kos mengamen seperti
saat Aku ada di WARTEG tadi.
**************
No comments:
Post a Comment
Jika postingan ini membantu ANDA, maka
TINGGALKAN KOMENTAR DI KOTAK YANG TELLAH DISEDIAKAN