16 Feb 2013

SIAP MENJADI GURU? MAKA SIAP RESIKONYA




Guru, apa yang muncul dalam benak saudara jika mendengar kata guru? Seorang yang saktikah? Seorang yang menjadi sumber ilmukah? Atau seorang yang seperti apa?
Guru, apa menurut anda arti dari seorang guru?
Dan apakah anda pernah mempunyai impian atau cita – cita menjadi guru? Atau anda adalah seseorang yang membenci “GURU”?
Apapun jawaban anda tidak akan saya pedulikan dan permasalahkan, apapun jawaban anda yang jelas bukan sebagai syarat untuk masuk syurga.....

Pernahkah anda mengalami duduk dan diajar oleh seorang guru di bangku sekolah? Jika iya maka, pernahkah anda menganggap bahwa guru itu adalah orang yang berbuat banyak untuk masa depan anda yang lebih baik, atau setidaknya sebagai perantara anda menjadi seorang yang seperti sekarang ini, seorang yang sekarang bisa membaca tulisan ini, merangkai huruf demi huruf menjadi sebuah kalimat dan kalimat itu menjadikan anda  paham dan mengerti maksud dari sebuah tulisan, meskipun tulisan itu hanyalah sebuah CORETAN KATA TANPA MAKNA seperti yang anda baca ini.

Dulu waktu kecil, aku sangat mengidolakan sosok seorang guru, hingga aku bercita-cita menjadi guru. Guru bagiku adalah seorang yang serba bisa, menjadi motivator dan konselor bagi anak-anak bodoh seperti aku dulu agar menjadi anak-anak yang pintar, yang tahu masa depan dan yang bisa mengerti siapa dirinya sendiri. Aku sangat ingin menjadi guru waktu itu, mengajar, membagi Ilmu pengetahuan dan menjadi orang yang dihormati oleh para murid-muridku, tetapi saat aku beranjak dewasa, cita-citaku berubah tidak ingin menjadi guru entah mengapa dan apa penyebabnya. Hingga aku melupakan tentang sosok seorang guru dan hal-hal yang berkaitan dengan guru. Aku telah merubah cita-citaku untuk tidak menjadi seorang guru.

Hari berlalu dan musim berganti, aku jalani hari-hariku seperti layaknya anak seusiaku hingga aku benar-benar menjadi orang dewasa, dewasa menurutku tentunya (meski aku tidak tahu apakah kedewasaanku diakui orang lain atau tidak). Perjalanan dalam hidupku telah berlalu waktu demi waktu, dan tanpa aku sadari bahwa aku berjalan di jalan yang mengantarku pada cita-cita awalku, cita-cita menjadi seorang guru. Bagaimana tidak, aku bekerja di lingkungan pendidikan, menjadi staf TU di sebuah madrasah swasta saat itu yang kemudian entah kenapa aku mendapatkan Beasiswa untuk kuliah jurusan Pendidikan di Salah satu Universitas Negeri yang ada di Semarang. Aku jalani hari-hari itu dengan tanpa adanya pertanyaan dalam diriku sendiri mengapa aku kuliah ilmu pendidikan yang tanpa aku rencanakan dan aku bayangkan sebelumnya. Hingga belum ada separuh semester aku kuliah aku sudah diberi tugas untuk mengajar teman-teman di kelas X-XII. Ada apa denganku, dan ada apa dengan jalan hidupku.

Setelah menjadi seorang guru aku merasakan hal sangat berbeda dengan apa yang aku kira saat aku kecil, kini seorang guru adalah seorang yang sangat kasihan, seorang yang tidak lebih beruntung dari pada presenter acara TV, atau presenter hiburan lainya.
Bagaimana tidak, coba anda bayangkan dan coba anda renungkan kehidupan seorang guru saat ini.
Pertama
Guru adalah seorang yang paling dibenci oleh sebagian besar muridnya, ini bisa dibuktikan dengan beberapa pengamatan saya di lapangan, bahwa ketika sebuah kelas pada jam tertentu di tanya “sekarang jam pelajaran siapa?” mereka menjawab “ibu/bapak Matematika” lalu cobalah anda bilang bahwa “maaf untuk saat ini guru matematika sedang sakit, jadi kalian silakan belajar sendiri di rumah”. Apa kira-kira jawaban atau tanggapan murid satu kelas itu? Sedihkah, berdukakah, atau malah jingkrak-jingkrak kegirangan dengan mengucapkan “Alhamdulillah........”
Sebagian besar murid memilih untuk menanggapinya dengan sorak-sorai kegirangan, itu artinya murid-murid senang jika gurunya sakit atau malah mungkin mati sekalian.

KEDUA
Guru itu tidak lebih beruntung dari presenter TV atau host pembawa acara TV, coba anda amati dan pahami. Anda tahu berapa honor Tukul arwana sekali tayang satu episode? Anda tahu? Rp. 30juta brow.... jika dalam satu bulan ia bisa 4-5 kali tayang dalam 4-5 episode berapa juta yang ia dapatkan dalam satu bulan? Lalu guru dalam hitungan jam ia dibayar 20-30 rb perjamnya, jika dalam satu bulan ia mengajar selama 24 jam berapa juta yang bisa guru dapatkan? Sampai keringat berubah menjadi darah sekalipun seorang guru sepertinya tidak akan bisa mengumpulkan Rp. 30jta dalam satu bulan, PNS sekalipun.

KETIGA
Guru itu sangat kasihan, bagaimana tidak. Tidak ada seniman yang menciptakan lagu untuk guru yang enak-enak, semuanya hampir tidak enak semua, contohnya pernah dengar lagu “GURU OEMAR BAKRI” lagu yang dibuat oleh Iwan Fals, apakah yang di cerikan dalam lagu itu adalah hal yang menyenangkan bagi kehidupan seorang guru? Kemudian pernah dengar lagu “PAHLAWAN TANPA TANDA JASA” itu lagupun menceritakan hal yang tidak enak bagi guru, guru adalah pahlawan, tetapi apa artinya pahlawan yang tanpa tanda jasa????

Itulah pengamatan saya dan renungan konyol saya tentang seorang guru. Kekonyolan ini hanyalah hasil dari pemikiran yang konyol dan tidak perlu anda akui kebenarannya, karena ini hanyalah “CORETAN KATA TANPA MAKNA”.

Pernah ada cerita seorang sopir dan seorang guru berdebat:
Sopir bilang  bahwa dirinya mempunyai peluang yang lebih besar untuk masuk surga ketimbang seorang guru, gurupun tak terima lalu guru meminta alasan sang sopir atas pernyataannya itu, lalu sang sopir bilang, seorang guru hanya berdoa untuk muridnya dan tak pernah didoakan oleh muridnya, sedangkan sopir jika ia membawa penumpang maka semua penumpang itu berdoa untuk keselamatan sang sopir agar bisa mengantarkan penumpang sampai tujuan.

Lalu masihkah anda ingin menjadi guru? Renungkanlah sebelum anda menyesal kemudian.
Salam guru....

No comments:

Post a Comment

Jika postingan ini membantu ANDA, maka
TINGGALKAN KOMENTAR DI KOTAK YANG TELLAH DISEDIAKAN